FUNGSI DAN ARTI BUNGA DALAM PERSEMBAHAYANGAN
FUNGSI DAN ARTI BUNGA DALAM PERSEMBAHAYANGAN
Definisi Bunga
Bunga adalah salah satu bagian dari organ tumbuhan yang salah satunya berfungsi sebagai cikal bakal terbentuknya zigot atau keturunan baru. Dalam dunia tumbuhan, bunga terdiri dari beberapa bagian, antara lain: tangkai bunga, kelopak, mahkota(umumnya indah dan berwarna), putik dan benang sari. Bunga memiliki banyak bentuk dan warna, tergantung dari jenis tanamannya, Bunga juga memiliki daya keindahan yang dapat membuat takjub orang. Oleh karena itu bunga memiliki nilai seni yakni dari segi keindahannya.
Dari segi religi, bunga juga merupakan salah satu aspek penting. Sebagai contoh, masyarakat agama Hindu pada umumnya menggunakan bunga sebagai sarana upacara dan persembahyangan. Disamping itu, masyarakat di Indonesia yang masih memegang teguh adat istiadat yang diwariskan dari nenek moyang mereka, misalnya upacara perkawinan adat jawa juga menggunakan bunga. Begitu pula dengan masyarakat Eropa dan Amerika dalam acara pernikahanya salah satu dari mempelai pasti memakai atau membawa bunga saat melangsungkan acara pernikahannya.
1.2 Fungsi Bunga dalam Persembahyangan
Untuk melakukan persembahyangan perlu sarana persembahyangan. Sarana persembahyangan meliputi dua bagian, yaitu:
Ø Sarana yang berwujud benda (material)
Ø Sarana yang bukan benda (non material)
Sarana yang bukan benda (non material), antara lain: mantra-mantra atau doa, lagu-lagu pemujaan, persembahan ilmu pengetahuan dan tentunya keikhlasan. Sarana yang berwujud benda (material) meliputi: air, api(dupa), bunga, daun dan buah. Masing-masing sarana tersebut memiliki fungsi dan arti tersendiri. Misalnya bunga, bunga memiliki dua fungsi penting.
Pertama, berfungsi sebagai simbol Tuhan(Siwa), sebagai simbol Siwa, bunga di letakkan tersembul pada puncak cakupan kedua belah telapak tangan pada saat menyembah. Setelah selesai menyembah, bunga tadi biasanya diletakkan di atas kepala atau diselipkan di kedua telinga.
Kedua, bunga dalam fungsinya sebagai sarana persembahyangan semata-mata digunakan sebagai pelengkap sarana upacara persembahyangan yang sangat penting. Bunga tersebut digunakan untuk mengisi ataupun menghiasi sesajen yang akan dipersembahkan atau ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa ataupun roh suci leluhur. Bunga sebagai salah satu unsur sarana persembahyangan yang digunakan oleh umat Hindu bukan dilakukan tanpa dasar dari kitab suci. Dalam kitab suci umat Hindu, Bhagavadgita bab.IX sloka 26, disebutkan unsure-unsur pokok persembahan yang ditujukan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa adalah bunga, di samping daun, air dan buah-buahan.
Adapun bunyi sloka tersebut adalah:
Pattram puspam phalam puspam phalam toyam
Yome bhaktya prayaccati
Tad aham bhaktyu pakrtam
Asnami prayatat asnamah.
Artinya:
Siapapun yang dengan kesujudan mempersembahkan padaKu daun, bunga, buah-buahan atau air, persembahan yang didasari oleh cinta dan keluar dari lubuk hati yang suci, Aku terima.
Dari penjelasan Sri Kresna sebagai Awatara Wisnu mengenai unsure-unsur pokok dari lambang persembahyangan itulah berkembang menjadi bentuk sesajen, yang didasari oleh kesucian dan keikhlasan hati serta cinta kasih. Dasar inilah yang dikembangkan oleh para Rsi dan para ahli agama serta para seniman agama untuk mewujudkan berbagai Tattwa Agama ke dalam bentuk-bentuk upakara. Dari yang berbentuk amat sedehana hingga yang berbentuk besar dan megah penuh arti. Inilah yang dimaksudkan dengan persembahyangan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan atau dengan kata lain, membuat sesajen atau upakara tidak boleh sembarangan, asal megah dan meriah saja, tapi harus diwujudkan berdasarkan sastra (ilmu pengetahuan) bersangkutan yang telah dikembangkan.
1.3 Arti Bunga dalam Persembahyangan
Bunga, disamping dipergunakan sebagai sarana persembahyangan juga memiliki arti sebagai lambang persembahyangan yang tulus ikhlas dan suci serta melambangkan sifat maha cinta kasih dari Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, bunga itu sendiri adalah lambang-lambang dari keagamaan. Ketika bunga dirangkai menjadi sebuah sesajen Canang hendaknya warna bunga itu sendiri disesuaikan dengan dimana hendaknya warna yang bersangkutan arahnya berada. Misalnya, Pancawarna itu sendiri. Bunga dengan Warna merah di selatan, Warna gelap(hitam/ungu) di utara, warna putih di timur, warna kuning di barat dan di tengah adalah kombinasinya. Letak warna bunga tersebut juga menandakan Dewa dengan warna apa yang berstana di arah itu. Ini aku kasih linknya: klik Dewata Nawa Sanga
Dalam agama Hindu, bunga memiliki arti sebagai lambang kesucian sehingga diusahakan memakai bunga yang segar, bersih(suci), indah dan harum. Jika dalam persembahyangan tidak ada kawangen, maka dapat diganti dengan bunga. Menurut Mangku Gede Darsa, pemangku Pura Parahyangan Jagat Kartta Gunung Salak Bogor, kawangen berasal dari kata kewangi (keharuman) yang menunjukkan cinta harum kita kepada Hyang Widhi. Beliau juga menambahkan bahwa kawangen juga menyimbolkan alam bhuana agung, seperti bulan, matahari dan bintang. Bentuknya yang segitiga menunjukkan apa yang kita mohon menuju pada diri kita. Bunga memiliki arti sebagai lambang/nyasa, kedamaian, ketulusan hati. Pada sebuah canang bunga akan ditaruh di atas sebuah sampian uras, sebagai lambang/nyasa di dalam kita menjalani roda kehidupan ini hendaknya selalu dilandasi dengan ketulusan hati dan selalu dapat mewujudkan kedamaian bagi setiap insan.
Bunga telah menjadi sarana penting dalam persembahyangan umat Hindu sejak lama. Bunga juga memiliki arti penting bagi masyarakat Hindu sejak lampau. Banyak bukti-bukti lontar, kekawin ataupun kitab yang menyebutkan arti penting dari bunga itu sendiri. Adapun bukti-bukti, tersebut antara lain:
Yang pertama adalah bunga sebagai arti atau lambang restu Tuhan. Hal tersebut terdapat dalam kekawin Ramayana, ketika Sang Rama sebagai Awatara Wisnu, berperang melawan Rahwana, dan Rama mandapat Restu dari Dewa-dewa, yaitu dengan menghujani bunga wangi pada Rama. Hal serupa juga terjadi pada Arjuna ketika bertapa untuk mendapatkan panah Pasopati untuk mengalahkan Korawa. Arjuna mendapat restu dari Dewa Siwa dengan cara menghujani Arjuna dengan bunga, yang dikenal dengan istilah puspa warsa yang disebutkan dalam kekawin Arjuna Wiwaha.
Dalam Weda Pangasthana, Tuhan juga dilambangkan sebagai bunga. Adapun bunyi slokanya adalah sebagi berikut:
Om puspa lingga maha devyam, maha pataka nasanam,
Somastanam sthito dewam lalata Brahma sarwapi.
Artinya:
Oh, Hyang Widhi yang berbadan bunga, sangat suci tiada ternoda, maha pelebur dari pada dosa-dosa, Hyang Widhi berdiri di tempat soma dan di dahi para pendeta(brahmana).
Kembali pada bunga sebagai perlambang dari keagamaan. Yang kedua bunga adalah lambang dari jiwa(roh) dan alam pikiran. Misalnya, dalam upacara kematian umat Hindu di Bali, dalam perjalan mngusung mayat ke kuburan (setra), di taburkan “sekar ura” (campuran bunga uang kepeng dan beras berwarna kuning) sebagai lambang ungkapan perasaan ketulusikhlasan hati untuk berpisah dan melepaskan orang yang telah meninggal untuk kembali ke akhirat. Begitu pula, ketika keluarga korban yang meninggal melakukan persembahyangan kepada korban menggunakan bunga pada ujung kedua cakupan tangannya melambangkan ketulusikhlasan keluarga untuk melepas kepergian korban dan mendoakan korban agar atma si korban dapat kembali pada Tuhan.
1.4 Bunga yang Baik untuk Sarana Persembahyangan
Ada berbagai jenis, bentuk, dan corak bunga. Namun, tidak semua bunga dapat digunakan dengan sembarangan sebagai sarana persembahyangan. Bunga yang baik digunakan sebgai persembahan adalah bunga yang segar, wangi, utuh, tidak tumbuh dikuburan, belum jatuh dari tangkainya, bunga yang mekar, tidak layu, tidak kering dan bukan hasil dari mencuri(tindakan criminal) atau bisa dikatakan bunga yang masih suci dan sama sekali belum pernah terpakai. Dalam kitab Jnana Sidhanta, disebutkan bunga mekar dan wangi itu sebagai lambang aksara suci. Adapun bunyi slokanya adalah:
Nkana ring antahhrdaya karonan bhatara siwa. Pujanta sira satata maka karana Sang Hyang Catur Dasaksara. Catur Dasaksara ngaranya Sang – Bang – Tang – Ang – Ing – Nang – Mang – Sing – Wang – Yang – Ang – Ung – Mang – Om. Sirata Sang Hyang Catur Dasaksara ngaranira Sira kaharan puspa, sumekar, sugandha mawangi nirantara, ya ta pamujantara ring Bhatara Sada Kala.
Artinya:
Di sana di dalam inti hati beradanya Bhatara. Hendaknya Beliau, engkau puja selalu dengan sarana empat belas aksara suci. Empat belas aksara suci namanya: sang bang tang ang ing nang mang sing wang yang an gung mang om. Beliaulah Sang Hyang Catur Dasaksara namanya. Beliau disebut pula dengan bunga mekar, berbau wangi tiada batas.
II. Kesimpulan
Bunga mempunyai fungsi dan arti yang sangat penting dalam persembahyangan. Bunga mempunyai fungsi sebagai simbol Tuhan(Siwa), wujud bakti kepada-Nya dan berfungsi sebagai sarana persembahyangan. Sedangkan arti bunga dalam persembahyangan adalah sebagai lambang ketulusikhlasan yang suci serta melambangkan arti sifat cinta kasih Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan).
Definisi Bunga
Bunga adalah salah satu bagian dari organ tumbuhan yang salah satunya berfungsi sebagai cikal bakal terbentuknya zigot atau keturunan baru. Dalam dunia tumbuhan, bunga terdiri dari beberapa bagian, antara lain: tangkai bunga, kelopak, mahkota(umumnya indah dan berwarna), putik dan benang sari. Bunga memiliki banyak bentuk dan warna, tergantung dari jenis tanamannya, Bunga juga memiliki daya keindahan yang dapat membuat takjub orang. Oleh karena itu bunga memiliki nilai seni yakni dari segi keindahannya.
Dari segi religi, bunga juga merupakan salah satu aspek penting. Sebagai contoh, masyarakat agama Hindu pada umumnya menggunakan bunga sebagai sarana upacara dan persembahyangan. Disamping itu, masyarakat di Indonesia yang masih memegang teguh adat istiadat yang diwariskan dari nenek moyang mereka, misalnya upacara perkawinan adat jawa juga menggunakan bunga. Begitu pula dengan masyarakat Eropa dan Amerika dalam acara pernikahanya salah satu dari mempelai pasti memakai atau membawa bunga saat melangsungkan acara pernikahannya.
1.2 Fungsi Bunga dalam Persembahyangan
Untuk melakukan persembahyangan perlu sarana persembahyangan. Sarana persembahyangan meliputi dua bagian, yaitu:
Ø Sarana yang berwujud benda (material)
Ø Sarana yang bukan benda (non material)
Sarana yang bukan benda (non material), antara lain: mantra-mantra atau doa, lagu-lagu pemujaan, persembahan ilmu pengetahuan dan tentunya keikhlasan. Sarana yang berwujud benda (material) meliputi: air, api(dupa), bunga, daun dan buah. Masing-masing sarana tersebut memiliki fungsi dan arti tersendiri. Misalnya bunga, bunga memiliki dua fungsi penting.
Pertama, berfungsi sebagai simbol Tuhan(Siwa), sebagai simbol Siwa, bunga di letakkan tersembul pada puncak cakupan kedua belah telapak tangan pada saat menyembah. Setelah selesai menyembah, bunga tadi biasanya diletakkan di atas kepala atau diselipkan di kedua telinga.
Kedua, bunga dalam fungsinya sebagai sarana persembahyangan semata-mata digunakan sebagai pelengkap sarana upacara persembahyangan yang sangat penting. Bunga tersebut digunakan untuk mengisi ataupun menghiasi sesajen yang akan dipersembahkan atau ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa ataupun roh suci leluhur. Bunga sebagai salah satu unsur sarana persembahyangan yang digunakan oleh umat Hindu bukan dilakukan tanpa dasar dari kitab suci. Dalam kitab suci umat Hindu, Bhagavadgita bab.IX sloka 26, disebutkan unsure-unsur pokok persembahan yang ditujukan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa adalah bunga, di samping daun, air dan buah-buahan.
Adapun bunyi sloka tersebut adalah:
Pattram puspam phalam puspam phalam toyam
Yome bhaktya prayaccati
Tad aham bhaktyu pakrtam
Asnami prayatat asnamah.
Artinya:
Siapapun yang dengan kesujudan mempersembahkan padaKu daun, bunga, buah-buahan atau air, persembahan yang didasari oleh cinta dan keluar dari lubuk hati yang suci, Aku terima.
Dari penjelasan Sri Kresna sebagai Awatara Wisnu mengenai unsure-unsur pokok dari lambang persembahyangan itulah berkembang menjadi bentuk sesajen, yang didasari oleh kesucian dan keikhlasan hati serta cinta kasih. Dasar inilah yang dikembangkan oleh para Rsi dan para ahli agama serta para seniman agama untuk mewujudkan berbagai Tattwa Agama ke dalam bentuk-bentuk upakara. Dari yang berbentuk amat sedehana hingga yang berbentuk besar dan megah penuh arti. Inilah yang dimaksudkan dengan persembahyangan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan atau dengan kata lain, membuat sesajen atau upakara tidak boleh sembarangan, asal megah dan meriah saja, tapi harus diwujudkan berdasarkan sastra (ilmu pengetahuan) bersangkutan yang telah dikembangkan.
1.3 Arti Bunga dalam Persembahyangan
Bunga, disamping dipergunakan sebagai sarana persembahyangan juga memiliki arti sebagai lambang persembahyangan yang tulus ikhlas dan suci serta melambangkan sifat maha cinta kasih dari Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, bunga itu sendiri adalah lambang-lambang dari keagamaan. Ketika bunga dirangkai menjadi sebuah sesajen Canang hendaknya warna bunga itu sendiri disesuaikan dengan dimana hendaknya warna yang bersangkutan arahnya berada. Misalnya, Pancawarna itu sendiri. Bunga dengan Warna merah di selatan, Warna gelap(hitam/ungu) di utara, warna putih di timur, warna kuning di barat dan di tengah adalah kombinasinya. Letak warna bunga tersebut juga menandakan Dewa dengan warna apa yang berstana di arah itu. Ini aku kasih linknya: klik Dewata Nawa Sanga
Dalam agama Hindu, bunga memiliki arti sebagai lambang kesucian sehingga diusahakan memakai bunga yang segar, bersih(suci), indah dan harum. Jika dalam persembahyangan tidak ada kawangen, maka dapat diganti dengan bunga. Menurut Mangku Gede Darsa, pemangku Pura Parahyangan Jagat Kartta Gunung Salak Bogor, kawangen berasal dari kata kewangi (keharuman) yang menunjukkan cinta harum kita kepada Hyang Widhi. Beliau juga menambahkan bahwa kawangen juga menyimbolkan alam bhuana agung, seperti bulan, matahari dan bintang. Bentuknya yang segitiga menunjukkan apa yang kita mohon menuju pada diri kita. Bunga memiliki arti sebagai lambang/nyasa, kedamaian, ketulusan hati. Pada sebuah canang bunga akan ditaruh di atas sebuah sampian uras, sebagai lambang/nyasa di dalam kita menjalani roda kehidupan ini hendaknya selalu dilandasi dengan ketulusan hati dan selalu dapat mewujudkan kedamaian bagi setiap insan.
Bunga telah menjadi sarana penting dalam persembahyangan umat Hindu sejak lama. Bunga juga memiliki arti penting bagi masyarakat Hindu sejak lampau. Banyak bukti-bukti lontar, kekawin ataupun kitab yang menyebutkan arti penting dari bunga itu sendiri. Adapun bukti-bukti, tersebut antara lain:
Yang pertama adalah bunga sebagai arti atau lambang restu Tuhan. Hal tersebut terdapat dalam kekawin Ramayana, ketika Sang Rama sebagai Awatara Wisnu, berperang melawan Rahwana, dan Rama mandapat Restu dari Dewa-dewa, yaitu dengan menghujani bunga wangi pada Rama. Hal serupa juga terjadi pada Arjuna ketika bertapa untuk mendapatkan panah Pasopati untuk mengalahkan Korawa. Arjuna mendapat restu dari Dewa Siwa dengan cara menghujani Arjuna dengan bunga, yang dikenal dengan istilah puspa warsa yang disebutkan dalam kekawin Arjuna Wiwaha.
Dalam Weda Pangasthana, Tuhan juga dilambangkan sebagai bunga. Adapun bunyi slokanya adalah sebagi berikut:
Om puspa lingga maha devyam, maha pataka nasanam,
Somastanam sthito dewam lalata Brahma sarwapi.
Artinya:
Oh, Hyang Widhi yang berbadan bunga, sangat suci tiada ternoda, maha pelebur dari pada dosa-dosa, Hyang Widhi berdiri di tempat soma dan di dahi para pendeta(brahmana).
Kembali pada bunga sebagai perlambang dari keagamaan. Yang kedua bunga adalah lambang dari jiwa(roh) dan alam pikiran. Misalnya, dalam upacara kematian umat Hindu di Bali, dalam perjalan mngusung mayat ke kuburan (setra), di taburkan “sekar ura” (campuran bunga uang kepeng dan beras berwarna kuning) sebagai lambang ungkapan perasaan ketulusikhlasan hati untuk berpisah dan melepaskan orang yang telah meninggal untuk kembali ke akhirat. Begitu pula, ketika keluarga korban yang meninggal melakukan persembahyangan kepada korban menggunakan bunga pada ujung kedua cakupan tangannya melambangkan ketulusikhlasan keluarga untuk melepas kepergian korban dan mendoakan korban agar atma si korban dapat kembali pada Tuhan.
1.4 Bunga yang Baik untuk Sarana Persembahyangan
Ada berbagai jenis, bentuk, dan corak bunga. Namun, tidak semua bunga dapat digunakan dengan sembarangan sebagai sarana persembahyangan. Bunga yang baik digunakan sebgai persembahan adalah bunga yang segar, wangi, utuh, tidak tumbuh dikuburan, belum jatuh dari tangkainya, bunga yang mekar, tidak layu, tidak kering dan bukan hasil dari mencuri(tindakan criminal) atau bisa dikatakan bunga yang masih suci dan sama sekali belum pernah terpakai. Dalam kitab Jnana Sidhanta, disebutkan bunga mekar dan wangi itu sebagai lambang aksara suci. Adapun bunyi slokanya adalah:
Nkana ring antahhrdaya karonan bhatara siwa. Pujanta sira satata maka karana Sang Hyang Catur Dasaksara. Catur Dasaksara ngaranya Sang – Bang – Tang – Ang – Ing – Nang – Mang – Sing – Wang – Yang – Ang – Ung – Mang – Om. Sirata Sang Hyang Catur Dasaksara ngaranira Sira kaharan puspa, sumekar, sugandha mawangi nirantara, ya ta pamujantara ring Bhatara Sada Kala.
Artinya:
Di sana di dalam inti hati beradanya Bhatara. Hendaknya Beliau, engkau puja selalu dengan sarana empat belas aksara suci. Empat belas aksara suci namanya: sang bang tang ang ing nang mang sing wang yang an gung mang om. Beliaulah Sang Hyang Catur Dasaksara namanya. Beliau disebut pula dengan bunga mekar, berbau wangi tiada batas.
II. Kesimpulan
Bunga mempunyai fungsi dan arti yang sangat penting dalam persembahyangan. Bunga mempunyai fungsi sebagai simbol Tuhan(Siwa), wujud bakti kepada-Nya dan berfungsi sebagai sarana persembahyangan. Sedangkan arti bunga dalam persembahyangan adalah sebagai lambang ketulusikhlasan yang suci serta melambangkan arti sifat cinta kasih Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar